PEDIANUSANTARA.com – Berikut ini terjemah nadhom Maqsud bab Masdar dan Musytaq. Terjemahan ini merupakan lanjutan dari terjemahan nadhom Maqsud sebelumnya yakni tentang fi’il tsulasi mazid.
بَابُ الْمَصْدَرِ وَمَا يُشْتَقُّ مِنْهُ
(Bab Masdar dan Shighat yang Mustaq)
مِيْمِي وَغِيْرِهِ عَلىَ قِسْمَيْن ¤ وَمَصْدَرٌ أَتىَ عَلىَ ضَرْبَيْنِ وَمَا عَدَاهُ فَالْقِيَاسَ تَتَّبِعْ ¤ مِنْ ذَيْ الثَّلاَثِ فَالْزَمِلْ الَّذِي سُمِعَ
Masdar datang dengan 2 macam, yakni masdar mim dan masdar ghoiru mim serta masdar ghoiru mim itu dibagi lagi menjadi dua.
Dari fi’il tsulasi maka tetapkan pada masdar sama’i dan selain tsulasi maka mengikuti pada masdar qiyasi.
Penjelasan Syarah:
Pada bab ini kami akan menjelasakan tentang masdar dan shighat yang mustaq. Adapun Masdar itu dibagi menjadi dua macam, yaitu:
- Masdar mim (مَصْدَرْ مِيْمِيْ) ialah masdar yang huruf pertamanya berupa huruf mim tambahan (ميم الزائدة). Misalnya مَفْعَلاً.
- Masdar ghoiru mim (مَصْدَرْ غَيْرُ مِيْمِيْ) ialah masdar yang huruf pertamanya tidak berupa mim tambahan selain wazan (مُفَاعَلَةٌ). Misalnya فَعْلاً.
Baca Juga: Pengertian Shigat, Pembagian dan Contohnya
“Kenapa wazan مُفَاعَلَةٌ tidak dinamakan masdar mim padahal-kan diawali oleh huruf min? karena huruf min pada wazan مُفَاعَلَةٌ itu adalah huruf mim asli/asal, sedangkan huruf min yang ada pada masdar mim ini dinamakan huruf mim zaidah (huruf tambahan) bukan huruf asli/asal”.
Masdar ghoiru mim itu dibagi lagi menjadi dua bagian: (1). Sama’i (2). Qiyasi.
- Sama’i ialah setiap masdar yang mana lafad-lafadnya sudah ditentukan oleh orang-orang Arab dan sulit untuk menentukan dengan wazan-wazan tertentu karena terlalu banyak. Misalnya عَلِمَ يَعْلَمُ عِلْمًا.
- Qiyasi ialah setiap masdar yang mana lafad-lafadnya dapat ditentukan oleh wazan-wazan tertentu. Misalnya, kalimat fi’il yang ikut wazan أَفْعَلَ maka masdarnya ikut wazan إِفْعَالاً.
صَحِيْحٍ أَوْ مَهْمُوْزٍ أَوْ مُضَاعَفٍ ¤ مِيْمِي الثُّلاَثِي إِنْ يَكُنْ مِنْ أَجْوَفٍ وَشَذَّ مِنْهُ مَا بِكَسْرِ الْعَيْنِ ¤ أَتَى كَمَفْعَلٍ بِفَتْحَتَيْنِ
Masdar mimnya dari fi’il tsulasi mujarrod apabila terdiri dari bina’ ajwaf atau shohih atau mahmuz ataupun mudlo’af.
Maka ia datang dengan mengikuti wazan مَفْعَلاً dan hukumnya syadz (jarang) apabila dibaca kasroh a’in fi’ilnya مَفْعِلاً.
Baca Juga: Lengkap! Pengertian Bina’, Pembagian, dan Contohnya
Penjelasan Syarah:
Masdar mimnya fi’il tsulasi mujarrod baik berupa bina’ ajwaf, shohih, mahmuz, atau mudlo’af maka mengikuti wazan (مَفْعَلاً). Misalnya مَمَدًّا، مَقْرَأً، مَنْصَرًا، مَصَانًا.
Dan dihukumi syadz (jarang) apabila ikut wazan مَفْعِلاً. Misalnya مَسْجِدًا، مَغْرِبًا.
مُضَارِعٍ إِنْ لاَ بِكَسْرِهَا يَبِنْ ¤ كَذَا اسْمُ الزَّمَانِ وَالْمَكَانِ مِنْ
Begitu juga dengan isim zaman dan isim makan, kecuali jika ‘ain fi’il mudlori’nya dibaca kasroh.
Penjelasan Syarah:
Apabila ada fi’il tsulasi mujarrad yang berupa bina’ ajwaf, shohih, mahmuz, atau mudho’af maka, isim zaman dan isim makannya ikut wazan مَفْعَلٌ. Misalnya مَمَدٌّ، مَقْرَأٌ، مَنْصَرٌ، مَصَانٌ kecuali apabila fi’il mudhore’nya ikut wazan يَفْعِلُ maka, isim zaman dan isim makannya ikut wazan مَفْعِلٌ. Misalnya مَفِرٌّ، مَاْدِمٌ، مَضْرِبٌ.
Keterangan:
- Bina’ ajwaf adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya (huruf ketiga) berupa huruf illat. Contoh: صَانَ، خَافَ asalnya صَوَنَ، خَوَفَ.
- Bina’ shohih adalah kalimat yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya tidak berupa hamzah dan tidak berupa huruf ‘illat serta ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya tidak berupa huruf yang sama. Contoh: نَصَرَ.
- Bina’ mahmuz adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya atau ‘ain fi’ilnya atau lam fi’ilnya itu berupa huruf hamzah. Contoh: قَرَأَ، سَأَلَ، أَمَلَ.
- Bina’ mudlo’af adalah kalimat yang ‘ain dan lam fi’ilnya berupa huruf yang sama. Contoh: مَدَّ asalnya مَدَدَ
وَاعْكِسْ بِمُعْتَلٍّ كَمَفْرُوْقٍ يَعِنْ ¤ وَافْتَحْ لَهَا مِنْ نَاقِصٍ وَمَا قُرِنْ
Dan bacalah fathah untuk (masdar mim, isim zaman dan isim makan) yang terdiri dari bina’ naqis dan lafif maqrun, dan kebalikan dari bina’ mu’tal (mitsal) sama halnya seperti bina’ lafif mafruq.
Penjelasan Syarah:
Masdar mim, isim zaman dan isim makan yang terdiri dari fi’il yang ber-bina’ naqis, atau bina’ lafif maqrun maka ikut wazan مَفْعَلاً baik ketika ‘ain fi’il mudore’nya dibaca fathah, dhommah atau kasrah. Contoh: مَشْوًى، مَغْزًا.
Dan ketika terdiri dari bina’ mu’tal fa’ yakni bina’ mitsal dan bina’ lafif mafruq maka ikut wazan مَفْعِلاً. Contoh: مَوْعِدًا.
Keterangan:
- Bina’ naqis adalah kalimat yang lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya غَزَا asalnya غَزَوَ.
- Bina’ mitsal adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya يَسَرَ، وَعَدَ.
- Bina’ lafif maqrun adalah kalimat yang ‘ain dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya شَوَى.
- Bina’ lafif mafruq adalah kalimat yang fa’ dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya وَقَى.
مِثْلَ مُضَارِعٍ لَهَا قضدْ جُهِلَا | ¤ | وَمَا عَدَا الثُّلَاثِ كُلَّا اجْعَلَا |
عَيْنًا وَاَوَّلٌ لَهَا مِيْمًا يَصِر | ¤ | كَذَا اسْمُ مَفْعُوْلِ وَفَاعِلٍ كُسِرْ |
Adapun kalimat Fi’il yang hurufnya lebih dari tiga, maka jadikanlah pada masing-masing masdar mim, isim zaman, dan isim makannya sama dengan fi’il mudlori’nya yang dimabnikan majhul.
Begitu juga isim maf’ul dan isim fa’ilnya yakni dengan membaca kasrah pada ‘ain fi’ilnya, dan huruf awalnya menjadi mim untuk seluruhnya.
Penjelasan Syarah:
Kalimat fi’il yang hurufnya lebih dari tiga (4, 5 atau 6 huruf) maka masdar mim, isim zaman, isim makan, isim fa’il dan isim maf’ulnya seperti fi’il mudlori’ yang mabni majhul, namun mengganti huruf mudloro’ahnya dengan mim. Misalnya مُدَخْرَجٌ، مُكْرَمٌ، مُنْقَطَعٌ، مُسْتَخْرَجٌ seperti fi’il mudlori’ yang mabni majhul yakni يُدَخْرَجُ، يُكْرَمُ، يُنْقَطَعُ، يُسْتَخْرَجُ.
Dan khusus untuk isim fa’ilnya maka, ‘ain fi’ilnya harus dibaca kasroh. Misalnya مُدَخْرِجٌ، مُكْرِمٌ، مُنْقَطِعٌ، مُسْتَخْرِجٌ.
Demikianlah terjemah nadhom Maqsud bab Masdar dan Musytaq yang dapat kami sajikan. Semoga bermanfaat! Temukan terjemah nadhom maqsud lainnya hanya DISINI.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan update artikel terbaru dari PediaNusantara.com.