Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadhom Alfiyah Ibnu Malik

Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadzom Alfiyah Ibnu Malik Bab Muqaddimah
Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadhom Alfiyah Ibnu Malik. (Gambar:pedianusantara.com)

PEDIANUSANTARA.com – Nadhom Alfiyah Ibnu Malik (نظم ألفية إبن مالك) merupakan syair-syair yang berisi kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Shorof. Nadhom ini disusun oleh Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad Jamaluddin ibn Malik at-Thai atau dikenal dengan sebutan Ibnu Malik.

Bacaan Lainnya

Nadhom ini dinamakan Alfiyah karena terdiri dari 1002 bait syair, yang masing-masing terdiri dari dua baris. Selain itu, nadhom ini termasuk kitab klasik yang banyak dipelajari di pesantren-pesantren, karena dianggap sebagai kitab yang lengkap dan sistematis dalam membahas ilmu bahasa Arab.

Berikut Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadhom Alfiyah Bab Muqaddimah

Terjemah:

Muhammad yakni Ibnu Malik telah berkata, Aku memuji kepada Tuhanku Allah sebaik-baik Dzat Yang Maha Memiliki.

Seraya bersholawat kepada Nabi yang terpilih dan atas keluarganya yang mencapai kemuliaan yang sempurna.

Penjelasan Syarah:

Dalam bait ini, pengarang menuliskan namanya dan memuji Allah sebagai pembuka kitabnya. Nama lengkap pengarang adalah Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad Jamaluddin Ibn Malik at-Thai atau dikenal dengan sebutan Ibnu Malik. Beliau berasal dari Andalusia dan termasuk orang yang alim dan masyhur ilmunya.

(قَالَ مُحَمَّدٌ): Umumnya para pengarang nadhom menggunakan lafadz يَقُوْلُ (shigat mudhore’) sesuai dengan apa yang diucapkan belum terjadi. Lantas, mengapa pengarang nadhom Alfiyah Ibnu Malik menggunakan lafadz قَالَ (shighat madhi) sudah dilakukan? padahal belum selesai!. Jawabannya adalah sebab Ibnu Malik berkeyakinan bahwa nadhom al-Fiyah yang berisi 1002 bait sudah nyata di dalam hatinya, seolah-olah sebagaimana ungkapan yang sudah dikatakan walaupun belum dikatakan. Oleh karena itu beliau menggunakan lafadz قَالَ (telah berkata). Hal ini juga terdapat di dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 1:
أَتَىٰ أَمْرُ اللَّهِ
(Telah datang hari kiamat Allah)

(إِبْنُ مَالِكِ): Sebenarnya nama lengkap dari pengarang kitab ini adalah Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad Jamaluddin Ibn Malik at-Thai. Mengapa beliau menyandarkan namanya kepada sang kakek? karena kakeknya (Malik) merupakah salah satu orang yang paling mashur ilmunya. Lantas, hal demikian ini apakah diperbolehkan menurut Islam? Jawabanya ialah boleh sebab Nabi Muhammmad ﷺ pernah bersabdah:
أَنَا اَلنَّبِيُّ لاَكَذَبَ، أَنَا عَبْدُ الْمُطَلِّبِ
Artinya: “Saya adalah seorang Nabi yang tidak berbohong dan saya merupakan putra dari Abdulah bin Abdul Muthallib.”

Terjemah:

Dan saya juga memohon kepada Allah dalam mengarang seribu nadhom yang (kebanyakan) materi-materi ilmu nahwu tercakup di dalamnya.

Terjemah:

Yang memudahkan pemahaman yang rumit dengan lafadz yang ringkas serta banyak memberi faidah ilmu dengan janji yang segera ditepati.

Terjemah:

Dan meminta keridloan Allah tanpa kemurkaan, yang melebihi keunggulan seribu nadhom Ibnu Mu’thi.

Penjelasan Syarah:

Dengan adanya kitab al-Fiyah ini, pengarang memohon ridho kepada Allah untuk siapa saja yang mempelajari kitab ini.

(فَائِقَةً): Kata beliau bahwa kitab ini lebih unggul dari pada kitab al-Fiyah milik Ibnu Mu’thi (gurunya). Sebab al-Fiyah Ibnu Mu’thi disusun dengan dua Bahar yakni bahar rajaz dan bahar sari. Sedangkan al-Fiyahnya Ibn Malik hanya terdiri satu bahar yakni bahar rajaz dan juga terdapat banyak keterangan-keterangan penting yang terdapat pada kitab ini, namun tidak terdapat pada al-Fiyahnya kitab Ibnu Mu’thi.

(إِبْنُ مُعْطِي): Pada lafadz ini, Ibnu Malik terdiam, ia tidak dapat meneruskan karanganya selama beberapa hari. Kemudian pada malam hari, ia bermimpi bertemu seorang laki-laki tua, lalu laki-laki tua tersebut berkata:
“Saya mendengar bahwa engkau (ibnu malik) mengarang kitab al-fiyah fi nahwi was shorfi?
Ibnu Malik menjawab: “iya”.
Lalu laki-laki itu bertanya: “sudah sampai dimana?”
Ibnu Malik menjawab :“sudah sampai pada lafadz فَائِقَةً مِنْهَا بِأَلْفِ بَيْتٍ.”
“Apakah kalimat ini yang menyebabkan kamu tidak bisa meneruskan?” tanya laki-laki itu.
Ibnu Malik menjawab: “tidak tahu”.
“Apakah kamu ingin meneruskan karangan-Mu itu?” tanya Laki-Laki itu.
Ibnu Malik Menjawab: “iya”.
laki-laki itu berkata: “أَلْحَيُّ قَدْ يَغْلِبُ أَلْفَ مَيِّتٍ” (satu orang yang hidup terkadang bisa mengalahkan seribu orang yang sudah mati).
Lalu Ibnu Malik bertanya: “apakah engkau adalah Syaikh ibn Mu’thi (guru-ku)?
laki-laki itu menjawab: “iya”.
Mendengan jawaban seperti itu, maka Ibnu Malik merasa malu kepada Syaikh Ibn Mu’thi, kemudian dipagi harinya beliau menghapus setengah baris dari tulisanya yang berbunyi فَائِقَةً مِنْهَا بِأَلْفِ بَيْتٍ diganti dengan dua bait yang merupakan sanjungan dan doa’ untuk Syaikh Ibnu Mu’thi, yang berbunyi:

Terjemah:

Syaikh Ibnu Mu’thi merupakan orang yang berhak diutamakan dan berhak atas sanjunganku yang bagus karena beliau adalah orang alim yang mendahului saya dan sebagai guru saya.

Terjemah:

Semoga Allah menetapkan karunia-karunian-Nya yang sempurna untukku dan untuknya pada derajat-derajat di Akhirat.

Demikianlah terjemah dan penjelasan syarah nadhom Alfiyah Ibnu Malik yang dapat kami sajikan untuk Anda. Semoga bermanfaat!

Berlangganan Update Artikel Terbaru di Telegram dan Google Berita.

Pos terkait