PEDIANUSANTARA.com – Sighat memiliki peranan penting dalam memahami bahasa Arab. Dengan memahami sighat, kita dapat mengetahui bentuk kata, pola, dan arti tertentu dari suatu lafadz. Bahkan, kita dapat mengartikan text-text Arab dengan baik dan benar, khususnya al-Qur’an maupun al-Hadist. Pada artikel ini, kami akan menjelaskan tentang pengertian sighat, pembagian sighat, beserta contoh-contohnya.
Pengertian Sighat
“Shigat” atau “al-Sighah” merupakan istilah yang digunakan dalam ilmu shorof, yang mengacu pada perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab. Sehingga dengan mengetahui bentuk kata dalam bahasa Arab, kita akan mengetahui arti yang dikehendaki dari suatu lafadz tertentu. Misalnya فَعَلَ (shigat fi’il madhi) yang berati “telah/sudah mengerjakan”, يَفْعُلُ (shigat fi’il mudhore’) yang berarti “sedang/akan mengerjakan”, atau فَعْلاً (sighat masdar ghairu mim) yang berarti “pekerjaan”.
Pembagian Sighat
Pembagian sighat dalam ilmu shorof didasarkan pada dua kategori yakni kalimat fi’il (kata kerja) dan kalimat isim (kata benda). Setiap kategori memiliki aturan, pola, dan makna tertentu. Berikut ini adalah penjelasan tentang pembagian sighat dalam ilmu shorof. Dikutip dari kitab Amtsilah At-Tashrifan disebutkan bahwa sighat itu dibagi menjadi 12 macam.
NO SIGHAT CONTOH ARTI 1. Fi’il Madhi (الْفِعْلُ الْمَاضِي) فَعَلَ Telah mengerjakan 2. Fi’il Mudhore’ (الْفِعْلُ الْمُضَارِعُ) يَفْعُلُ Sedang/akan mengerjakan 3. Masdar Ghoiru Mim (الْمَصْدَرُ غَيْرُ الْمِيْمِ) فَعْلًا Pekerjaan 4. Masdar Mim (الْمَصْدَرُ الْمِيْمِ) مَفْعَلً Pekerjaan 5. Isim Fa’il (إِسْمُ الْفَاعِلِ) فَاعِلٌ Orang yang mengerjakan 6. Isim Maf’ul (إِسْمُ الْمَفْعُوْلِ) مَفْعُوْلٌ Yang dikerjakan 7. Sifat Musyabbihat (صِفَةٌ مُشَبِّهَةٌ) فَعَلٌ Pekerjaan 8. Fi’il Amar (فِعْلُ الْأَمْرِ) اُفْعُلْ Kerjakanlah! 9. Fi’il Nahi (فِعْلُ النَّاهِيْ) لَاتَفْعُلْ Jangan kau kerjakan 10. Isim Zaman (إِسْمُ الزَّمَانِ) مَفْعَلٌ Waktu mengerjakan 11. Isim Makan (إِسْمُ الْمَكَانِ) مَفْعَلٌ Tempat mengerjakan 12. Isim Alat (إِسْمُ الآلَةِ) مِفْعَلٌ Alat mengerjakan
1). Fi’il Madhi (الْفِعْلُ الْمَاضِي)
Fi’il madhi (الْفِعْلُ الْمَاضِي) adalah kalimat yang menunjukkan arti perkerjaan dan bersamaan dengan zaman madhi (masa lampau/sudah dikerjakan). Misalnya أَكَلَ (telah makan), ضَرَبَ (telah memukul), atau نَصَرَ (telah menolong).
2). Fi’il Mudhore’ (الْفِعْلُ الْمُضَارِعُ)
Fi’il mudhore’ (الْفِعْلُ الْمُضَارِعُ) adalah kalimat yang menunjukkan arti pekerjaan dan bersamaan dengan zaman hal/istiqbal (sedang/akan dikerjakan). Misalnya يَأْكُلُ (sedang/akan makan), يَضْرِبُ (sedang/akan memukul), atau يَنْصُرُ (sedang/akan menolong).
Bagaimana proses pembuatan fi’il mudhore’? Jawabannya: fi’il mudhore’ itu diambil dari fi’il madhi dengan menambahkah salah satu huruf mudhoro’ah yang ada empat yaitu: 1). Hamzah, menunjjukan mutakallim wahdah (arti saya). 2). Nun, menunjukkan mutakallim ma’a al-ghoir (arti kita/kami). 3). Ta’, menunjukkan mukhotob (lawan bicara/orang kedua). 4). Ya’, menunjukkan ghoib (dia/orang ketiga). Kemudian setelah diganti maka fa’ fi’ilnya dibaca sukun sedangkan lam fi’ilnya dibaca rofa’. Contohnya يَضْرِبُ asalnya (ضَرَبَ), نَضْرِبُ asalnya (ضَرَبَ), تَضْرِبُ asalnya (ضَرَبَ), أَضْرِبُ asalnya (ضَرَبَ).
4). Masdar Ghoiru Mim (الْمَصْدَرُ غَيْرُ الْمِيْمِ)
Masdar ghoiru mim adalah kalimat (kata) yang terletak nomor tiga pada tashrifan dan huruf pertamanya tidak berupa huruf mim. Contohnya: ضَرَبَ – يَضْرِبُ – ضَرْبًا. Kata ضَرْبًا ini dinamakan dengan masdar ghoiru mim kerena posisinya terletak nomor tiga pada tashrifan.
4). Masdar Mim
Masdar mim adalah kalimah (masdar) yang huruf pertamanya diawali huruf mim (selain dalam wazan مُفَاعَلَةٌ). Contohnya مَضْرَبًا (pukulan).
“Kenapa wazan مُفَاعَلَةٌ tidak dinamakan masdar mim padahal-kan diawali oleh huruf min? karena huruf min pada wazan مُفَاعَلَةٌ itu adalah huruf mim asli/asal, sedangkan huruf min yang ada pada masdar mim ini dinamakan huruf mim zaidah (huruf tambahan) bukan huruf asli/asal”.
Adapun wazan masdar mim dari fi’il tsulasi (tiga huruf) semuanya mengikuti wazan مَفْعَلٌ, seperti مَضْرَبًا. Namun, jika berupa bina’ mitsal yang shoheh akhir, maka ikut wazan مَفْعِلٌ, seperti مَوْجِلاً.
5. Isim Fa’il
Isim fa’il adalah kalimat (kata) yang menunjukan arti pelaku pekerjaan (subyek), seperti ضَارِبٌ (orang yang memukul), نَاصِرٌ (orang yang menolong) dan sejenisnya.
Isim fa’il di ambil dari fi’il mudhari’ yang mabni maklum (kalimat aktif). Adapun untuk wazanya ada dua:
- Ikut wazan فَاعِلٌ, yakni apabila berupa fi’il tsulasi (tiga huruf), seperti ضَارِبٌ asalnya يَضْرِبُ. Prosesnya dengan cara menambah huruf alif di antara fa’ dan ‘ain fi’ilnya.
- Ikut wazan مُفْعِلٌ, yakni apabila berupa fi’il ghairu tsulasi (selain tiga huruf), seperti مُكْرِمٌ asalnya يُكْرِمُ. Prosesnya dengan cara membuang huruf mudharo’ah, menambah huruf min berharakat dhommah serta huruf sebelum akhir dibaca kashrah.
6. Isim Maf’ul
Isim maf’ul adalah adalah kalimat (kata) yang menunjukan arti sasaran pekerjaan (obyek), seperti مَضْرُوْبٌ (orang yang dipukul).
Isim maf’ul diambil dari fi’il mudhore’ yang mabni majhul (kalimat pasif). Adapun untuk wazannya ada dua:
- Ikut wazan مَفْعُوْلٌ, yakni jika berupa fi’il tsulasi (tiga huruf), seperti seperti مَضْرُوْبٌ. Prosesnya dengan cara menambah huruf mim diawalnya, huruf wawu diantara ‘ain dan lam fi’ilnya, seperti مَضْرُوْبٌ asalnya يُضْرِبُ.
- Ikut wazan مُفْعَلٌ, yakni jika berupa fi’il ghoiru tsulasi (lebih tiga huruf) seperti مُكْرَمٌ. Prosesnya dengan cara menambah huruf mim diawalnya dan dibaca dhommah serta huruf sebelum akhir dibaca fathah, seperti مُكْرَمٌ asalnya يُكْرَمُ.
7. Sifat Musyabbahat
Sifat musyabbihat adalah kata sifat yang tetap pada sesuatu yang disifati, seperti حَسَنٌ (bagus). Sifat musyabbihat diambil dari fi’il lazim (tidak butuh pada objek).
8. Fi’il Amar
Fi’il ‘amar adalah kata kerja yang menunjukan arti perintah, seperti إِجْلِسْ (duduklah).
9. Fi’il Nahi
Fi’il nahi adalah kata kerja yang menunjukan arti larangan, seperti لا َتَضْرِبْ (jangan pukul). Atau dengan pengertian lain adalah fi’il mudhore’ yang kemasukan لا الناهية (la yang bermakna larangan/jangan).
10. Isim Zaman
Isim zaman adalah kalimat (kata) yang menunjukan waktu terjadinya pekerjaan, seperti مَضْرَبٌ.
11. Isim Makan
Isim makan adalah kalimat (kata) yang menunjukan tempat terjadinya suatu pekerjaan, seperti مَضْرَبٌ.
12. Isim Alat
Isim alat adalah kalimat (kata) yang menunjukan alat pekerjaan, seperti: مِضْرَبٌ (alat memukul). Adapun wazan isim alat ada tiga yakni: مِفْعَلَةٌ، مِفْعَلٌ dan مِفْعَالٌ.
Itulah, penjelasan tentang pengertian sighat dalam ilmu shorof, pembagian, dan contohnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda dalam mempelajari ilmu shorof.