Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadhom Maqsud Fasal Fawaid

Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadhom Maqsud Lengkap
Terjemah dan Penjelasan Syarah Nadhom Maqsud Fasal Fawaid (فَصْلٌ فِي الْفَوَاعِدِ).

PEDIANUSANTARA.com – Berikut ini terjemah dan penjelasan syarah nadhom maqsud fasal fawaid (faidah-faidah).

فَصْلٌ فِي الْفَوَاعِدِ
(Fasal : Faidah-Faidah)

وَحَرْفِ جَرٍّ إِنْ ثُلاُثِيًا وُسِمْ¤بِالْهَمْزِ وَالتَّضْعِيْفِ عَدِّمَا لَزِمْ
Terjemah:
Muta’addikanlah fi’il lazim dengan menambah hamzah, tad’if, dan huruf jar apabila berup fi’il 3 huruf.

Bacaan Lainnya

Penjelasan Syarah:
Pertama-tama perlu diketahui bahwa fi’il itu ada yang lazim dan ada yang muta’addi. Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak memiliki maf’ul bih sedangkan fi’il muta’addi adalah fi’il yang memiliki maf’ul bih. Mudahnya seperti rumusan dibawah ini:

  • Fi’il Lazim: Fi’il + Fa’il, seperti: جَاءَ زَيْدٌ (Zaid telah berdiri)
  • Fi’il Muta’addi: Fi’il + Fa’il + Maful Bih, seperti: ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaid memukul ‘Amar)

Ada tiga cara untuk memuta’addikan fi’il lazim ialah sebagai berikut: 1). Hamzah 2). Tadl’if 3). Huruf jar.

  • Hamzah (همزة)
    Yaitu dengan menambah hamzah qotho’ diawal fi’il lazim. Seperti: كَرُمَ زَيْدٌ (Zaid itu mulia) menjadi أَكْرَمْتُ زَيْدًا (Saya memuliakan Zaid).
  • Tadl’if (تضعيف)
    Yaitu dengan memberi taydid pada ‘ain fi’il lazim. Seperti: فَرَحَ زَيْدٌ (Zaid telah bahagia) menjadi فَرَّحْتُ زَيْدٌ (Saya mengembirakan Zaid)
  • Huruf Jar (حرف جار)
    Yaitu dengan menambah huruf jar setelah fi’il lazim. Seperti: خَرَجَ زَيْدٌ (Zaid keluar) menjadi خَرَجْتُ بِزَيْدٍ (Saya mengeluarkan Zaid).

وَإِنْ حَذَفْتَهَا فَلاَزِمًا يُرَى¤وَغَيْرَهُ عَدِّ بِمَا تَأَخَّرَا
Terjemah:
Dan selain fi’il tsulasi, maka muta’addikanlah dengan yang cara yang keterakhir (huruf jar), dan jika kamu membuangya maka fi’il itu kembali menjadi lazim. 

Penjelasan Syarah:
Adapun fi’il lazim yang bukan fi’il tsulasi mujarrad (fi’il 3 huruf tanpa tambahan) dalam artian berupa fi’il yang terdiri dari 4 huruf atau lebih, bisa dijadikan muta’addi hanya dengan menambah huruf jar. Seperti, إِنْطَلَقْتُ بِزَيْدٍ (Saya memberangkatkan Zaid).

Tiga alat yang digunakan untuk memuta’addikan fi’il lazim apabila dibuang maka fi’il kembali menjadi lazim seperi semula.

وَقَلَّ كَالْإِلَهُ زَيْدًا قَاتِلاَ¤لِصَادِرٍ مِنِ امْرَأَيْنِ فَاعَلاَ
وَقَدْ أَتَى لِغَيْرِ وَاقِعٍ جَلاَ¤وَلَهُمَا أَوْ زَائِدًا تَفَاعَلاَ
Terjemah:
Untuk perbuatan yang dilakukan oleh dua orang maka ikut wazan فَاعَلَ  dan sedikit seperti اَلْإِلَهُ زَيْدًا قَاتَلَ.
Dan untuk perbuatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih maka ikut wazan تَفَاعَلَ dan terkadang pula untuk sesuatu yang tidak terjadi (pura-pura). 

Penjelasan Syarah:
Dua bait diatas menjelaskan tentang faidah-faidah dari wazan فَاعَلَ dan تَفَاعَلَ ialah sebagai berikut :

  • Wazan فَاعَلَ 
  1. Untuk menujjukkan perbuatan yang dilakukan oleh 2 fa’il (pelaku) artinya masing-masing dari 2 pelaku tersebut saling melakukan perbuatan. Seperti: صَافَحَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaid saling berjabat tangan dengan ‘Amar). 
  2. Untuk menunjukkan perbuatan yang dilakuan oleh satu fa’il (pelaku), namun hukumnya sedikit. Seperti: عَافَاكَ اللهُ (semoga Allah menjadikan dalam keadaan sehat pada-Mu).

Baca Juga: Pengertian Sighat, Pembagian, dan Contohnya

  • Wazan تَفَاعَلَ 
  1. Untuk menujjukkan pebuatan yang dilakukan oleh 2 fa’il atau lebih. Seperti: تَدَافَعَ زَيْدٌ وَعَمْرُو (Zaid dan ‘Amr saling dorong mendorong) atau تَصَالَحَ اَلْقَوْمُ (Kaum itu mengadakan perjanjian damai).
  2. Untuk menampakkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Seperti: تَمَارَضْتُ (Saya pura pura sakit).  

فَـاءٌ مِنَ أَحْرُفٍ لإِطْـبَاقٍ تَـبِنْ¤وَ ابْـدِلْ لِتَاءِ الِافْتِعَالِ طَـاءً إِنْ
أَوْ ذَالاً اوْ دَالاً كَـالاِزْدِجَارِ صُنْ¤كَمَا تَصِيْرُ دَاَلاً إِنْ زَايًا تَـكُنْ
Terjemah:
Gantilah ta’nya wazan افْتَعَلَ dengan to’ (ط) apabila fa’ fi’ilnya dari huruf ithbaq.
Sebagaimana halnya ta’ itu menjadi dal apabila fa’ fi’ilnya berupa zay atau dal atau dzal, seperti إِزْدِجَارٌ.

Penjelasan Syarah:
Fi’il yang mengikuti wazan إِفْتَعَلَ itu apabila fa’ fi’ilnya berupa salah satu dari huruf ithbaq (ص ض ط ظ) maka ta’ yang terletak sesudahnya itu harus diganti dengan tho’ untuk menghindari berkumpulnya ta’ bersama huruf ithbaq, karena kedua huruf tersebut mahrojnya berdekatan namun sifatnya berlawanan. Seperti contoh:

  • اِصْطَبَرَ asalnya اِصْتَبَرَ 
  • اِضْطَرَبَ asalnya اِضْتَرَبَ 
  • اِطَّرَدَ asalnya اِطْتَرَدَ
  • اِظْطَهَرَ asalnya اِظْتَهَرَ 

Dan apabila fi’il yang mengikuti wazan اِفْتَعَلَ itu fa’ fi’ilnya berupa za’ atau dzal atau dal maka ta’ yang terletak setelahnya itu harus diganti dengan dal. Seperti contoh:

  • اِزْدَجَرَ asalnya اِزْتَجَرَ
  • اِذَّكَرَ asalnya اِذْتَكَرَ
  • اِدَّمَعَ asalnya اِدْتَمَعَ    

أَوْ وَاوًا اوْ ثَا صَـيِّرَنْ تَا وَ ادْغِمَنْ¤وَ إِنْ تَكُنْ فَالاِفْتَعَالِ يًا سَـكَنْ
Terjemah:
Jika fa’ fi’ilnya fi’il yang ikut wazan اِفْتَعَلَ berupa ya’ mati atau wawu atau tsa, maka jadikanlah ta’ dan idghomkanlah.

Penjelasan Syarah:
Apabila fi’il yang ikut wazan اِفْتَعَلَ itu fa’ fi’ilnya berupa ya’ atau wawu atau tsa’ maka huruf tersebut harus diganti dengan ta’, lalu diidghomkan. Seperti contoh:

  • اِتَّسَرَ asalnya اِيْتَسَرَ
  • اِتَّصَلَ asalnya اِوْتَصَلَ
  • اِتَّغَرَ asalnya اِثْتَغَرَ 

فَوْقَ الثَّـلاَثِ إِنْ بِذِي المَرَامُ تَـمْ¤وَ احْكُمْ بِزَيْدٍ مِنْ أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ
Terjemah:
Hukumilah dengan huruf tambahan dari lafadz أَوَيْسًا هَلْ تَنَمْ di atas tiga huruf apabila sesuatu yang dimaksud sudah sempurna dengan tiga huruf ini.

Penjelasan Syarah:
Apabila ada kalimat yang bilangan hurufnya lebih dari tiga, dan di dalamnya terdapat satu huruf dari huruf tambahan yang ada sepuluh yakni sebagaimana terkumpul dalam kalimat “أَوَيْسًا هَلْ تَنَمْ” (Wahai Uwais! apakah kamu tidur?) yaitu: ء ,و ,ي ,س ,ه ,ا ,ل ,ت ,ن ,م.

Huruf-huruf diatas disebut dengan Huruf Ziyadah (huruf tambahan), seperti contoh:

  • أَدْخَلَ  asalnya دَخَلَ
  • إِجْتَمَعَ  asalnya جَمَعَ
  • إِسْتَخْرَجَ  asalnya خَرَجَ
  • ضَارِبٌ  asalnya ضَرَبَ
  • مَفْتُوْحٌ asalnya فَتَحَ
  • مُؤْمِنَاتٌ asalnya أَمِنَ
  • إِسْتِكْبَارٌ asalnya كَبُرَ

Ada juga lafadz yang terdiri salah satu dari huruf tambahan tersebut namun, ia tidak disebut sebagai huruf tambahan karena ia berupa huruf yang asli, seperti contoh: طَاْطَأَ (menundukkan).

فَـعْـلَلَ فَاعْكِسنْ كَدَرْبَخَ اهْتَدَى¤وَ احْكُمْ بِزَيْدٍ مِنْ أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ
Terjemah:
Fi’il ruba’i baik ruba’i mujarrod, ruba’i mulhaq atau tsulasi mazid ruba’i itu yang banyak adalah muta’adi kecuali yang ikut wazan فَعْلَلَ maka yang banyak adalah lazim seperti دَرْبَجَ (orang itu merendahkan diri).

Penjelasan Syarah:
Pada umumnya kebanyakan fi’il ruba’i (empat huruf) itu muta’addi (memiliki maf’ul bih), baik berupa fi’il ruba’i mujarrad, ruba’i mulhaq atau tsulasi madzid ruba’i. Seperti contoh:

  • أَكْرَمْتُ زَيْدًا (saya memuliakan Zaid)
  • فَرَّحْتُ زَيْدًا (saya mengembirakab Zaid)
  • دَخْرَجْتُ الْحَجَرَ (saya menggelincirkan batu)
  • ضَارَبْتُهُ (saya memukulnya) 

Pengecualian dari hal tersebut adalah setiap kalimat fi’il yang mengikuti wazan فَعْلَلَ maka kebanyak berupa lazim (tidak memiliki maf’ul bih). Seperti contoh: بَسْمَلَ زَيْدٌ (Zaid membaca bismillah)

تَـفَـعَّلَ اوْ تَـفَاعَلاَ قَدِ احْـتَمَلْ¤كُلُّ الخُمَاسِي لاَزِمٌ إِلاَّ افْـتَعَلْ
Terjemah:
Semua fi’il khumasi (lima huruf) baik tsulasi mazid khumasi atau ruba’i mazid khumasi itu lazim, kecuali yang ikut wazan اِفْتَعَلَ atau تَفَعَّلَ atau تَفَاعَلَ maka ada yang lazim dan muta’adi.

Penjelasan Syarah:
Semua fi’il khumasi itu lazim (tidak memiliki maf’ul bih) baik tsulasi mazid khumasi atau ruba’i mazid khumasi. Seperti contoh:

  • إِنْكَسَرَ الزُّجَاجُ (kaca itu pecah)
  • إِحْمَرَّ التَّمْرُ (buah kurma itu memerah)
  • تَدَخْرَجَ الْحَجَرُ (batu itu tergelincir)

Kecuali yang mengikuti wazan اِفْتَعَلَ ,تَفَعَّلَ, atau تَفَاعَلَ maka ada yang muta’addi dan ada yang lazim.

Contoh yang muta’addi:

  • إِكْتَسَبْتُ الْعِلْمَ (saya memperoleh ilmu)
  • تَعَسَّفَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaid menganiaya ‘Amr)
  • تَقَاسَمُوْا الْمَالَ (mereka membagi harta)

Contoh yang lazim:

  • تَكَسَّرَ الزُّجَاجُ (kaca itu terpecah-pecah)
  • تَدَاوَى زَيْدٌ (Zaid berobat)
  • إِخْتَبَزَ زَيْدٌ (Zaid membuat roti)

وَاسْرَنْدَى وَ اغْرَنْدَى بِمَفْـعُوْلٍ صِلاَ¤كَذَا السُّدَاسِي غَيْرَ بَابِ اسْتَفْعَلاَ
Terjemah:
Begitu juga fi’il sudasi, baik tsulasi mazid sudasi atau ruba’i mazid sudasi itu berlaku lazim, selain bab yang ikut wazan اِسْتَفْعَلَ maka ada yang muta’adi dan ada yang lazim. Serta dikecualikan lagi lafadz اِسْرَنْدَى dan lafadz اِغْرَنْدَى maka keduanya harus disambungkan dengan maf’ul.

Penjelasan Syarah:
Semua fi’il tsudasi itu lazim (tidak memiliki maful bih), baik tsulasi mazid sudasi atau ruba’i mazid sudasi. Seperti contoh:

  • إِِحْدَوْدَبَ زَيْدٌ (Zaid sangat bengkok)
  • إِحْرَنْجَمَ الإِبِلُ (Unta-unta itu berkumpul)
  • إِقْشَعَرَّ الْجِلْدُ (Kulit itu sangat mengisut)

Kecuali apabila ikut wazan اِسْتَفْعَلَ maka ada yang lazim dan ada yang muta’addi. Seperti contoh:

  • Lazim ➠ إِسْتَحْجَرَ الطِّيْنُ (Lumpur itu membatu) 
  • Muta’addi ➠ إِسْتَغْفَرَ زَيْدٌ اللهَ (Zaid meminta ampun kepada Allah)

Serta dikecualikan lagi lafadz اِسْرَنْدَى yang menunjukkan arti غَلَبَ (mengalahkan) dan lafadz اِغْرَنْدَى yang menunjukkan arti قَهَرَ (memaksa) maka keduanya muta’addi. Seperti contoh:

  • إِسْرَنْدَى زَيْدٌ عَمْرًا (Zaid mengalahkan ‘Amr)
  • إِغْرَنْدَى المَالِكُ رَعْيَتَهُ (Raja itu memaksa rakyatnya) 

تَعْـدِيَـةٌ صَـيْرُوْرَةٌ وَ كَـثْـرَةُ¤لِهَمْزِ إِفْـعَالٍ مَعَانٍ سَـبْعَـةُ
كَـذَاكَ تَـعْرِيضٌ فَـذَا البَـيَانُ¤حَيْـنُونَـةٌ إِزَالَـةٌ وِجْـدَانُ
Terjemah:
Hamzahnya wazan اَفْعَلَ itu mempunyai 7 arti yaitu: 1). تعدية (ta’diyah), 2). صيرورة (shoiruroh) 3). كثرة (katsroh), 4). حينونة (haenunah),  5). ازالة (izalah), 6 ). وجدان (wijdan), 7), تعريض (ta’ridl).

Penjelasan Syarah:
Apabila fi’il tsulasi mujrrad (3 huruf) ikut wazan اَفْعَلَ dengan menambah hamzah qatho’ di awalnya maka hamzah tersebut itu menunjukkan salah satu dari tujuh arti dibawah ini:

  1. تعدية (Ta’diyah)
    Yaitu menjadikan fa’ilnya fi’il sebagai maf’ul. Seperti contoh: أَخْرَجْتُ زَيْدًا (saya mengeluarkan Zaid) asalnya خَرَجَ زَيْدٌ.
  2. صيرورة (Shoiruroh)
    Yaitu berubahnya fa’il memiliki sesuatu. Seperti contoh: أَجْرَبَ الرَّجُلُ (Laki-laki itu berkudis).
  3. كثرة (Katsroh)
    Yaitu untuk menunjukkan banyaknya sumber fi’il. Sepertu contoh: أَلْحَمَ الرَّجُلُ (Laki-laki itu memiliki banyak daging).
  4. حينونة (Haenunah)
    Yaitu telah tibanya waktu dimana fa’ilnya fi’il itu diperbuat dengn asal fi’il tersebut. Seperti contoh: أَحْصَدَ الزَّرْعُ (Tanaman itu telah tiba waktunya diketam).
  5. ازالة (Izalah)
    Yaitu menghilangkan fi’il. Seperti contoh: أَقْرَدْتُ الْبَعِيْرَ (Saya menghilangkan kutu dari unta itu).
  6. وجدان (Wijdan)
    Yaitu fa’ilnya fi’il tersebut mendapati maf’ulnya bersifatan dengan sifat yang bersumber dari pokok fi’il itu. Seperti contoh: أَبْخَلْتُ زَيْدًا (Saya mendapati Zaid orang yang bakhil).
  7. تعريض (Ta’ridl)
    Yaitu fa’ilnya fi’il menawarkan agar maf’ulnya diberi hukuman dengan asal fi’il itu. Seperti Contoh: أَبَعْتُ الثَّوْبَ (Saya menawarkan baju itu untuk dijual). 

لِـطَـلَبٍ صَـيْرُورَةٍ وِجْــدَانِ¤لِسِينِ الِاسْـتِفْعَالِ جَا مَـعَانِي
سُـؤَالُـهُمْ كَـاسْـتَخْـيَرَ الكَرِيمُ¤كَذَا اعْتِـقَادٌ بَعْدَهُ التَّـسْلِيْمُ
Terjemah:
Sinnya wazan اِسْتَفْعَلَ itu datang dengan beberapa arti yaitu: 1). طلب (meminta), 2). صيرورة (menjadi), 3). وجدان (mendapatkan), 4). اعتقاد (berkeyakinan), 5). تسليم (menyerahkan), 6). سؤال (bertanya) seperti lafadz اِسْـتَخْـيَرَ الكَرِيمُ (orang mulia itu bertanya).

Penjelasan Syarah:
Apabila fi’il tsulasi mujarrad diikutkan wazan اِسْتَفْعَلَ dengan menambahkan hamzah washol, sin dan ta’ diawalnya maka huruf sin (س) tersebut menunjukkan salah satu dari 6 arti dibawah ini:

  1. طلب (Tholab)
    Yaitu permintaan fa’il pada asal fi’il dari maf’ulnya. Seperti contoh: أَسْتَغْفِرُ اللهَ (Saya meminta ampun kepada Allah).
  2.  صيرورة (Shoiruroh)
    Yaitu berubahnya fa’il pada asal fi’il. Seperti contoh: إِسْتَحْجَرَ الطِّيْنُ (Lumpur itu membatu).
  3. وجدان (Wijdan)
    Yaitu fa’il mendapati maful pada suatu sifat. Seperti contoh: إِسْتَعْظَمْتُ الأَمْرُ (Saya memandang perkara itu)
  4. اعتقاد (I’tiqod)
    Yaitu fa’il berkeyakinan maf’ulnya pada suatu sifat. Seperti contoh: إِسْتَكْرَمْتُ زَيْدًا (Saya memandang mulia pada Zaid)
  5. تسليم (Taslim)
    Yaitu fa’il menyerahkan. Seperti contoh: إِسْتَرْجَعَ القَوْمُ عِنْدَ الْمُصِيْبَةِ (Kaum itu mengucapkan إنّا لله وإنّا إليهِ رَاجعُون ketika tertimpa musibah)
  6. سؤال (Su’al)
    Yaitu fa’il bertanya. Seperti contoh: إِسْتَفْهَمَ زَيْدٌ عَمْرًا (Zaid bertanya kepada ‘Amr)

Demikianlah penjelasan tentang terjemah dan penjelasan syarah nadzom maqsud fasal fawaid (faidah-faidah). Wallahu a’lam.

Berlangganan Update Artikel Terbaru di Telegram dan Google Berita.

Pos terkait