PEDIANUSANTARA.com – Nadhom Maqsud merupakan salah satu karya sastra klasik yang berisi tentang kaidah shorof dalam bentuk sya’ir. Nadhom ini di tulis oleh Syaikh Ahmad bin Abdurrohim dengan total 113 bait. Dalam artikel ini, kami akan menyajikan terjemahan dan penjelasan syarah Nadhom Maqsud secara lengkap.
مقدمّة
(Pendahuluan)
يَقُوْلُ بَعْدَ حَمْدِ ذِيْ الْجَلاَلِ** مُصَلِّيًا عَلىَ النَّبِي وَالْأَلِ
عَبْدُ أَسِيْرُ رَحْمَةِ الْكَرِيْمِ ** أَيْ أَحْمَدُ بْنُ عَابِدِ الرَّحِيْمِ
Terjemah:
Seorang hamba yang menjadi tawanan rahmat Tuhan yang mulia ialah Ahmad bin Abdurrahim telah berkata setelah memuji kepada Allah serta membaca solawat kepada Nabi Muhammad dan para Pengikutnya.
أَبْوَابُ الْفِعْلِ الثُّلاَثِي
(Bab Fi’il Tsulasi)
فِعْلٌ ثُلاَثِيُّ إِذَا يُجَرَّدُ ** أَبْوَابُهُ سِتُّ كَمَا سَتُسْرَدُ
Terjemah:
Fi’il tsulasi mujarrad apabila disepikan dari huruf tambahan, maka babnya ada 6 seperti yang akan dijelaskan satu persatu.
Penjelasan Syarah:
Fi’il tsulasi mujarrad adalah fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal seperti ضَرَبَ. Dan terdiri dari 6 Bab sebagai berikut:
BAB I فَعَلَ- يَفْعِلُ BAB II فَعَلَ- يَفْعُلُ BAB III فَعَلَ- يَفْعَلُ BAB IV فَعُلَ- يَفْعُلُ BAB V فَعِلَ- يَفْعَلُ BAB VI فَعِلَ- يَفْعِلُ
فَتْحُ كَسْرٍ فَتْحُ ضَمٍّ فَتْحَتَان ** ضَمُّ ضَمٍّ كَسْرُ فَتْحٍ كَسْرَتَان
Keterangan: “Tidak semua fi’il bisa masuk pada semua bab diatas, melainkan ada syarat-syarat tertentu yang akan dijelaskan pada bait nadhom selanjutnya”.
فَالْعَيْنُ إِنْ تُفْتَحْ بِمَاضٍ فَاكْسِرِ** أَوْ ضُمَّ أَوْ فَافْتَحْ لَهَا فِي الْغَابِرِ
Terjemah:
Jika ‘ain fi’il madhi dibaca fathah (فَعَلَ), maka ‘ain fi’il-nya itu bacalah kasrah (يَفْعِلُ) atau dhomma (يَفْعُلُ) atau fathah(يَفْعَلُ) pada fi’il mudhore’nya.
Penjelasan Syarah:
Pada bait ini menjelaskan bab I sampai bab III dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
الْبَابُ الْأَوَّلُ مِنَ الثُّلاَثِيِّ الْمُجَرَّدِ
(فَعَلَ – يَفْعِلُ)
Adapun bab pertama ini diikutin oleh setiap fi’il yang ber-BINA’:
- Mitsal Wawi, dengan syarat lam fi’ilnya tidak berupa huruf halaq, seperti: وَعَدَ يَعِدُ
- Naqis Ya’i, dengan syarat ‘ain fi’il-nya tidak berupa huruf halaq, seperti : مَشَى يَمْشِي
- Ajwaf Ya’i, seperti : بَاعَ يَبِيْعُ
- Mudho’af lazim, seperti : فَرَّ يَفِرُّ
Keterangan: Jika ada kalimat fi’il ikut bab pertama (فَعَلَ يَفْعَلُ), namun tidak ber-BINA’ seperti yang diatas maka, termasuk مُخَالِفٌ لِلْقِيَاسِ (tidak sesuai dengan Qiyas) seperti فَاءَ يَفِئُ. Sedangkan fi’il yang mengikuti bab ini, kebanyakan berupa Muta’addi (membutuhkan maful) seperti ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا (zaid memukul amr) dan sedikit yang berupa lazim (tidak membutuhkan maful) seperti جَلَسَ زَيْدٌ (zaid telah duduk).
الْبَابُ الثَّانِي مِنَ الثُّلاَثِيِّ الْمُجَرَّدِ
(فَعَلَ – يَفْعُلُ)
Adapun bab kedua ini diikutin oleh setiap fi’il yang ber-BINA’:
- Ajwaf Wawi, seperti: قَالَ- يَقُوْلُ
- Naqis Wawi, seperti: دَعَا – يَدْعُو
- Mudho’af yang muta’addi, seperti: مَدَّ-يَمُدُّ
Keterangan: Fi’il yang mengikuti bab dua ini kebanyakan berupa fi’il muta’addi (membutuhkan maf’ul) seperti ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا (zaid memukul ‘amr) dan sedikit yang berupa fi’il lazim (tidak membutuhkan maful), seperti خَرَجَ زَيْدٌ (Zaid telah keluar).
الْبَابُ الثَّالِثُ مِنَ الثُّلاَثِيِّ الْمُجَرَّدِ
(فَعَلَ – يَفْعَلُ)
Adapun fi’il yang mengikuti bab 3 ini ialah apabila ‘ain atau lam fi’il-nya berupa huruf halaq (ء،ه،ع،غ،ح،خ) seperti فَتَحَ – يَفْتَحُ jika tidak berupa huruf halaq namun, masih mengikuti wazan ini maka dihukumi syadz (tidak sesuai dengan aturan), seperti أَبَى – يَأْبَى ,رَكَنَ يَرْكَنُ.
Fi’il yang mengikuti bab ini kebanyakan berupa fi’il mutaddi (membutuhkan maf’ul) seperti فَتَحَ زَيْدٌ البَابَ dan sedikit yang berupa fi’il lazim (tidak membutuhkan maf’ul) seperti ذَهَبَ زَيْدٌ.
وَإِنْ تُضُمَّ فَاضْمُمُنْهَا فِيْهِ ** أَوْ تَنْكَسِيْر فَافْتَحْ وكَسْرًا عِيْهِ
Terjemah:
Jika ‘ain fi’il madhi dibaca dhommah (فَعُلَ), maka bacalah dhommah pada ‘ain fi’il mudhore’nya (يَفْعُلُ), atau jika ‘ain fi’il madhi-nya dibaca kasrah (فَعِلَ) maka bacalah fathah (يَفْعَلُ) atau kasrah pada fi’il mudhore’-nya (يَفْعِلُ).
Penjelasan Syarah:
Pada bait ini, menjelaskan tentang bab IV sampai VI dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
الْبَابُ الرَّابِعُ مِنَ الثُّلاَثِيِّ الْمُجَرَّدِ
(فَعُلَ يَفْعُلُ)
Fi’il yang mengikuti empat ini adalah setiap fi’il yang ber-BINA’:
- Bina’ Shoheh
- Bina’ Mitsal
- Bina’ Naqis wawi
- Bina’ Mahmuz
Keterangan: Fi’il yang mengikuti bab empat ini semuanya berupa lazim. Karena bab ini semuanya untuk fi’il-fi’il yang mengandung arti watak atau sifat, maka pengaruhnya hanya pada fa’il dan tidak sampai pada maful bih. Seperti contoh :
حَسُنَ وَجْهُ زَيْدٍ (wajah zaid tampan)
عَظُمَ ذَلِكَ الْأَمْرُ (perkara itu besar)
الْبَابُ الْخَامِسُ مِنَ الثُّلاَثِيِّ الْمُجَرَّدِ
(فَعِلَ يَفْعَلُ)
Adapun fi’il yang mengikuti 5 itu adakalanya berupa lazim dan adakalanya pula muta’addi.
Contoh yang muta’addi:
عَلِمَ زَيْدٌ تِلْكَ الْمَسْأَلَةِ (zaid mengetahui masalah itu)
Contoh yang lazim :
فَرَحَ زَيْدٌ (zaid bergembira)
Keterangan: Kebanyakan pada bab 5 adalah berupa lazim (tidak butuh terhadap maful bih) karena pada bab ini umumnya untuk sifat-sifat yang menetap, sesuatu baru datang, lenyap (tidak kekal) dan warna.
الْبَابُ السُّدَاسِي مِنَ الثُّلاَثِيِّ الْمُجَرَّدِ
(فَعِلَ يَفْعِلُ)
Adapun fi’il yang mengikuti bab 6 ini ada yang mutaddi. Seperti contoh:
حَسِبَ هَذِهِ الْكُتُبَ (dia menghitung kitab-kitab ini).
Dan yang terbanyak berupa lazim. Seperti contoh :
نَعِمَ عَمِّي (pamanku hidup senang)
Keterangan Penting:
- Fi’il tsulasi mujarrad ialah kalimat yang fi’il madhinya terdiri dari 3 huruf.
- Fi’il muta’addi ialah fi’il yang membutuhkan maful bih (sasaran pekerjaan).
- Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan maful bih (sasaran pekerjaan).
- Urutan bab dalam nadzom ini tidak sama dengan bab yang ada di kitab Atsilatul Tashrif.
وَلاَمٌ أَوْ عَيْنٌ بِمَا قَدْ فُتِحَا ** حَلْقِي سِوَا ذَا بِالشُّذُوْذِ اتضَحَا
Terjemah:
Lam fi’il atau ‘ain fi’il yang dibaca fathah (ikut wazan فَعَلَ يَفْعَلَ) itu, harus berupa huruf halaq, dan selainya itu maka dihukumin syadz.
Penjelasan Syarah:
Adapun fi’il yang ikut wazan فَعَلَ يَفْعَلُ, maka salah satu dari ‘ain atau lam fi’il-nya itu harus berupa huruf halaq (ء،ه،ع،غ،ح،خ) seperti: فَتَحَ يَفْتَحُ
Namu, jika ada kalimat fi’il yang ikut wazan فَعَلَ يَفْعَلُ, namun ‘ain atau lam fi’il-nya tidak berupa huruf halaq maka dihukumi syadz (tidak mengikutin aturan) seperti: أَبَى يَأْبَى.
Demikianlah uraian tentang terjemah dan penjelasan syarah nadhom maqsud. Semoga bermanfaat!