Opini: Ta’dib Sebagai Asas Pendidikan

Ta’dib Sebagai Asas Pendidikan
Ta’dib Sebagai Asas Pendidikan. (Gambar:pedianusantara.com)

PEDIANUSANTARA.com – Pendidikan (education) merupakan salah satu kebutuhan primer bagi setiap manusia. Seorang individu tidak akan bisa membaca tanpa pernah mengenyam dunia pendidikan atau tanpa melalui proses pendidikan. Jika seorang individu tidak mampu membaca, bagaimana ia mampu mendapatkan sebuah informasi? Jika seorang individu tidak mampu berbicara, karena sejak lahir tidak ada yang mengajarinya berbicara, bagaimana nasib kehidupannya? Apakah kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi? Maka, menjadi suatu keharusan bagi setiap individu untuk mendapatkan pendidikan.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Lirik lagu Murabbi Syaikhona Yahya Syabrawi

Berbicara tentang pendidikan berarti berbicara tentang proses mendidik atau proses belajar mengajar, dan pondasi yang menjadi dasarnya itulah yang akan menentukan tujuan akhirnya. Dr. Adian Husaini dalam sebuah bukunya, Jangan Kalah Sama Monyet menyebutkan, jika pendidikan hanya bertujuan untuk mencetak orang yang mampu bertahan hidup, maka monyet pun mampu bertahan hidup tanpa mesti belajar. Jika pendidikan hanya bertujuan untuk mencetak orang-orang pintar, maka robot pun mampu menjadi pintar tanpa harus belajar. Jika pendidikan hanya bertujuan menjadikan individu yang berkarakter terhadap sesama, maka hewan pun mampu berkarakter dengan hewan lainnya tanpa belajar. Banyak video dokumenter tentang hewan yang menolong hewan lain. Maka, tujuan dari pendidikan bukan hanya tiga hal yang disebutkan tadi, melainkan ada tujuan utama dari sebuah pendidikan bagi manusia dan ini berasal dari asas atau pondasi dasar sebuah pendidikan, yakni ta’dib.

Baca Juga: 77 Mahasiswa Pascasarjana IAI Al-Qolam Malang Lulus dengan Berbagai Karya

Secara etimologi, ta’dib memiliki banyak arti, yakni: mendidik, melatih, disiplin, memperbaiki, mengambil tindakan, beradab, sopan, berbudi baik. Secara garis besar, makna ta’dib tidak hanya proses belajar mengajar, atau bukan hanya perihal mengisi kepala dengan ilmu pengetahuan, melainkan tentang proses menjadi manusia sejati.

Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, adab adalah perbuatan yang benar berdasarkan ilmu dan hikmah. Seseorang yang beradab, tidak akan melakukan korupsi, sebab korupsi adalah perbuatan yang tidak benar. Begitulah, orang beradab, ilmunya akan menghasilkan hikmah. Secara umum, istilah yang sering digunakan untuk memaknai pendidikan adalah taklim, dan lafal ta’dib merupakan bentuk mashdar dari أدب hamzah, dal, dan ba’ (أَدَّبَ – يُؤَدِّبُ – تأدِيْبًا), istilah lain yang digunakan untuk memaknai pendidikan.

Namun, pada hakikatnya ketiga kata tersebut memiliki perbedaan. Jika tarbiyah mengacu kepada pendidikan secara umum, baik untuk manusia ataupun hewan, maka taklim terikat hanya sebatas mengetahui suatu ilmu atau pengetahuan. Sementara adab atau ta’dib memiliki makna yang tepat untuk sebuah pendidikan. Tidak hanya sekadar mengetahui suatu ilmu, melainkan mengaplikasikannya dengan menjadi manusia terbaik di hadapan Allah dan manusia lainnya. Jika peserta didik diajarkan adab terlebih dahulu sebelum ilmu, maka tidak akan ada orang yang pintar tapi korupsi. Orang yang cerdas, tapi tidak percaya Tuhan. Orang yang juara, tapi dari hasil kecurangan, dan sebagainya. Demikianlah urgensi adab sebagai asas sebuah pendidikan agar ilmu yang diperoleh tidak disalahgunakan dan tidak menyesatkan.

Konsep pendidikan dalam Islam adalah konsep pendidikan ideal. Adab dijadikan asas atau landasan dasar bagi seseorang sebelum menerima ilmu, تَأْدَّبُوا ثُمَّ تَعَلَّمُوا (ta’addabu tsumma ta’allamu). Jika diibaratkan adab adalah sebuah wadah dan ilmu adalah volume yang mengisinya. Jika wadahnya bersih dan kokoh, maka ia akan mampu menampung volume sebanyak-banyaknya dan akan menghasilkan sesuatu yang bersih pula. Demikianlah orang yang beradab, ia mampu menerima ilmu dan menjadikan ilmunya bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. (***)


Penulis: Sopan (Mahasiswa Pascasarjana UNIQ Al-Qolam Malang)