PEDIANUSANTARA.com – Siapa bilang belajar nahwu itu membosankan? Ilmu nahwu yang sering dianggap serius ternyata menyimpan banyak kisah lucu. Tahukah Anda bahwa para ahli nahwu juga punya sisi kocak? Yuk, kita simak cerita menarik terkait candaan seorang ahli nahwu.
Sa’ad Ibn Syadad: Ahli Nahwu yang Jenaka
Sa’ad Ibn Syadad al-Kufi adalah seorang pakar bahasa dari mazhab Kufah, dikenal luas akan kecerdasannya dalam bidang nahwu. Ia pernah berguru langsung kepada Abu al-Aswad al-Du’ali, sosok yang dianggap sebagai pencetus ilmu nahwu. Namun, di balik kepiawaiannya dalam ilmu bahasa, Sa’ad juga terkenal akan selera humornya yang tinggi.
Hal ini dibuktikan bahwasannya pada masa pemerintahan Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan, terjadi perselisihan sengit antara dua kabilah besar, yaitu Rasib dan Tufawah. Perselisihan ini bermula dari perbedaan pendapat mengenai status seorang bayi yang baru lahir. Kedua kabilah saling bersikukuh pada pendapat masing-masing dan tidak ada yang mau mengalah.
Untuk menyelesaikan masalah ini, kedua kabilah tersebut akhirnya memutuskan untuk menghadap Ziyad Ibn Abih, seorang menteri yang sangat disegani pada masa itu. Kebetulan, Sa’ad Ibn Syadad juga berada di majelis Ziyad saat itu.
Setelah kedua kabilah menyampaikan argumen mereka dengan panjang lebar, Sa’ad Ibn Syadad kemudian angkat bicara. Dengan nada jenaka, ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Bayi itu berasal dari air, maka kembalikanlah ia ke asalnya. Jika bayi itu tenggelam (dalam bahasa Arab: rasaba), maka ia berasal dari kabilah Rasib. Namun, jika bayi itu mengapung (dalam bahasa Arab: tafa), maka ia berasal dari kabilah Tufawah.”
Mendengar usulan yang sangat tidak biasa ini, Ziyad Ibn Abih dan semua yang hadir di majelis pun tertawa terbahak-bahak. Candaan Sa’ad Ibn Syadad berhasil meredakan ketegangan dan membuat suasana menjadi lebih cair.
Baca Juga: Menikah Dulu atau Mapan Dulu? Perdebatan di Kalangan Masyarakat Indonesia
Hikmah di Balik Candaan
Dari kisah ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa humor dapat menjadi alat yang ampuh untuk meredakan ketegangan dan menyelesaikan masalah. Meskipun Sa’ad Ibn Syadad menyampaikan usulan yang tidak masuk akal, namun candaannya berhasil menyadarkan kedua kabilah bahwa perselisihan mereka tidak ada gunanya.
Hikmah lain juga pernah dipaparkan oleh Sayyid Khidir, seorang ulama, ia berkata, “candaan merupakan sesuatu yang digemari di kalangan ulama, karena dengan gurauan dapat meringankan jiwa dalam menghadapi kehidupan.” Hal ini sejalan dengan kisah Sa’ad Ibn Syadad, yang menunjukkan bahwa humor dapat menjadi penyegar dalam kehidupan sehari-hari.
Berlangganan Update Artikel Terbaru di Telegram dan Google Berita.