PEDIANUSANTARA.com – Keberadaan buletin dan mading di Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU 4 merupakan langkah positif dalam meningkatkan budaya literasi dan kreativitas santri. Dalam lingkungan pesantren yang identik dengan pendidikan agama, adanya media seperti ini memberikan ruang bagi santri untuk mengekspresikan gagasan, berbagi ilmu, serta mengembangkan keterampilan menulis dan berpikir kritis.
Buletin pesantren berfungsi sebagai sumber informasi dan dakwah yang dapat menjangkau seluruh santri. Isinya bisa mencakup kajian keislaman, berita pesantren, hingga opini santri tentang berbagai isu yang relevan. Dengan demikian, buletin tidak hanya menjadi wadah komunikasi, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran jurnalistik bagi santri yang berminat di dunia kepenulisan.
Sementara itu, mading (majalah dinding) memiliki peran sebagai media ekspresi yang lebih fleksibel dan interaktif. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Enny Zubaidah dan Bambang Saptono, majalah dinding merupakan salah satu media komunikasi yang biasanya ditempel di dinding. Oleh karena itu, Mading merupakan media komunikasi dan informasi yang paling mudah dan murah, dapat dibuat oleh siapa saja bagi yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk itu, terutama bagi santri, pengurus, ustadz dan ustadzah. Santri dapat menampilkan karya tulis, puisi, gambar, hingga informasi penting lainnya secara lebih bebas dan menarik. Keberadaan mading juga mampu membangun kebiasaan membaca di kalangan santri, karena isinya lebih mudah diakses dan diperbarui secara berkala.
Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan buletin dan mading adalah konsistensi dan kreativitas dalam menyajikan konten. Dibutuhkan tim redaksi yang aktif dan inovatif agar media ini tidak hanya menjadi pajangan, tetapi benar-benar menarik perhatian santri. Selain itu, dukungan dari pihak pesantren dalam bentuk fasilitas dan bimbingan dari guru sangat diperlukan agar buletin dan mading terus berkembang.
Secara keseluruhan, buletin dan mading di Pondok Pesantren Miftahul Ulum RU 4 adalah aset penting dalam membangun budaya literasi dan kreativitas santri. Dengan pengelolaan yang baik, keduanya bisa menjadi sarana edukatif yang memperkaya wawasan santri dan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu agama, tetapi juga mampu berpikir kritis dan berkarya melalui tulisan.
Penulis:
Muhammad Rozekul Amin
(Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Qolam Malang)